Sabtu, 07 Oktober 2023

Kegagalan Persepsi atau Mispersepsi pada Sebuah Iklan

Kegagalan Persepsi (Mispersepsi) pada Iklan "Es Krim Paddle Pop"

 

    Kesalahan persepsi terjadi disebabkan oleh asumsi dan pengharapan manusia, ada lima bentuk kegagalan persepsi yaitu: kesalahan atribusi, efek halo, stereotipe, prasangka, dan geger budaya. Kesalahan Persepsi sering terjadi dalam kehidupan, karena manusia kerap berasumsi tentang suatu hal yang dilihatnya dan secara tidak langsung berharap pada sesuatu yang belum pasti. Dalam mempromosikan suatu produk atau jasa, mispersepsi bisa sengaja dibuat agar kesan terhadap brand tersebut lebih melekat di benak masyarakat. Lewat hal ini produk yang ditawarkan akan diingat karena dinilai unik dan kreatif, sehingga masyarakat akan tertarik kepada produk brand tersebut.

 

    Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang iklan es krim Paddle Pop. Brand ini mempromosikan produknya melalui bentuk kartun atau animasi yang menarik dengan cerita petualangan khas Singa Paddle Pop dan teman-temannya, namun dalam iklannya bisa saja seseorang mengalami kegagalan persepsi karena visualisasi iklannya seperti tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan.

 



    Pada iklan tersebut terdapat bentuk kegagalan persepsi yang meliputi efek halo dan prasangka. Efek halo yang terdapat pada iklan Paddle Pop yaitu tidak menggambarkan bahwa iklan ini merupakan iklan es krim, karena diawali dengan intro narator yang menceritakan sebuah petualangan dibalut dalam animasi seperti yang sering terjadi pada sebuah film. Hal ini menimbulkan kesan pertama bahwa iklan ini merupakan sebuah film animasi dengan tema adventure. Dengan visualisasi pada karakter animasi dan atribut yang mendukung, menyebabkan kesalahan persepsi yaitu prasangka terhadap masyarakat bahwa ini adalah sebuah trailer film atau bisa juga sebuah film animasi yang dikemas untuk anak-anak.


    Namun jika kita perhatikan dan simak dengan baik sampai akhir, iklan ini memberikan gambaran produk es krim yang mereka tampilkan pada beberapa scene tertentu. Iklan petualangan Paddle Pop memang sengaja disajikan seperti ini agar lebih menarik, mispersepsi ini justru memberikan kesan yang positif kepada masyarakat. Selain karena dapat ditonton dari segala usia, ide iklan ini tetap mampu menampilkan produk es krim pada cerita petualangan Singa Paddle Pop dan teman-temannya tersebut.

Sabtu, 30 September 2023

Persepsi Sosial Pada Karya DKV

 Persepsi Sosial “Visual Logo Pawon Bu Wiwik”

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sebuah persepsi sosial dari logo visual yang pernah dibuat pada UAS DKV 2 semester lalu. Saya dan teman yang lain membuat sebuah logo UMKM yang bergerak di bidang kuliner.

Pawon Bu Wiwik adalah sebuah usaha catering yang berdiri sejak tahun 2021. Pawon Bu Wiwik menyediakan berbagai makanan dan minuman ala rumahan seperti nasi box, gorengan, jus buah, puding, dan sebagainya yang cocok untuk berbagai acara maupun pesta.

Pada logo Pawon Bu Wiwik ini terdapat makna tersendiri yang ingin disampaikan oleh saya yaitu sebuah brand yang bergerak di bidang kuliner, lebih tepatnya jasa catering yang mengedepankan pelayanan terbaik dalam menyediakan berbagai makanan dan minuman ala rumahan sesuai kebutuhan konsumen. Brand ini ingin menanamkan ke benak pelanggan bahwa jasa catering dari Pawon Bu Wiwik akan memberikan kepuasan dengan kualitas masakan yang terjamin dan memiliki rasa nikmat, tidak kalah dengan masakan cafe atau restoran.

Target audience untuk brand ini adalah pria dan wanita, keluarga, usia sekitar 25-50 tahun, SES B dan A, yang tinggal di perkotaan atau daerah, mereka adalah orang-orang yang suka masakan ala rumahan dan sering mengadakan acara atau pesta.

Audience yang telah disebutkan diatas dipilih karena sesuai dengan pelayanan yang diberikan. Pawon Bu Wiwik ini menyediakan jasa catering untuk orang-orang yang biasanya mengadakan suatu acara besar maupun kecil, walaupun masakan Bu Wiwik ala rumahan namun tetap dibuat dengan rasa modern yang akan cocok pada lidah orang-orang. Audience ini juga dipilih sesuai dengan makna yang ingin disampaikan pada audience atau konsumen itu sendiri yang sudah dijabarkan sebelumnya.

Selanjutnya saya akan membahas bagaimana mengolah bentuk desain pada logo Pawon Bu Wiwik ini berdasarkan proses dan prinsip persepsi. Prinsip persepsi dibagi menjadi 5, yakni persepsi berdasarkan pengalaman, persepsi bersifat selektif, persepsi bersifat dugaan, persepsi bersifat evaluatif, dan persepsi bersifat kontekstual. Mari kita simak penjelasan dibawah ini.

 

1.    Persepsi Berdasarkan Pengalaman

Persepsi ini berbasis pada pengalaman yang hadir. Ketika membuat desain, kita harus melihat persepsi orang-orang yang ingin kita targetkan. Berdasarkan pengalaman di sekitar, bahwa banyaknya seseorang maupun keluarga yang mengadakan suatu acara yang membutuhkan jasa catering agar lebih praktis. Dalam melihat visual logo ini akan memberikan persepsi bahwa Pawon Bu Wiwik merupakan sebuah brand jasa catering, bisa dilihat dari visual berbentuk panci pada logo yang berkaitan dengan masakan atau dapur, hal ini sebagai solusi bagi mereka untuk membantu mempersiapkan acara atau pesta pada bagian kuliner.

2.    Persepsi Bersifat Selektif

Dalam persepsi ini terdapat 2 faktor yang mempengaruhi atensi (perhatian), yakni faktor internal dan eskternal. Faktor internal pada logo Pawon Bu Wiwik adalah faktor sosial budaya, karena kebiasaan atau perilaku seseorang yang melihat warna cerah dan bentuk desain sederhana dapat memberikan perhatian lebih. Selain faktor sosial budaya, visual logo ini juga memiliki faktor psikologis yang terletak pada harapan atau keinginan dalam memakai jasa catering untuk mempersiapkan suatu acara agar lebih praktis dan ekonomis. Adapun faktor eksternalnya adalah faktor intesitas (objek yang ditampilkan menonjol) yaitu terdapat pada ilustrasi sebuah panci yang berhubungan dengan makna masakan atau dapur, dilengkapi dengan warna orange cerah yang menonjol.

3.    Persepsi Bersifat Dugaan

Pada persepsi ini kita bisa membuat desain dengan tujuan untuk membuat dugaan tertentu. Pada logo Pawon Bu Wiwik dugaan yang ingin disampaikan pada target audience yaitu bahwa Pawon Bu Wiwik merupakan brand jasa catering terpercaya dalam menyediakan masakan berkualitas dengan rasa nikmat ala rumahan. Dengan adanya ilustrasi sebuah panci dan cipratan air memberikan dugaan bahwa brand ini bergerak di bidang kuliner yang dapat memberikan solusi bagi mereka yang ingin menyerahkan urusan dapur, dan warna logo yang dominan cerah membuat brand ini terkesan semangat, ceria, dan hangat.

4.    Persepsi Bersifat Evaluatif

Pada persepsi ini diartikan bahwa akan selalu ada evaluasi seiring berjalannya waktu dan akan ada pembaharuan terkait dengan persepsi yang hadir pada masyarakat. Persepsi yang ingin ditanamkan pada visual logo Pawon Bu Wiwik adalah brand yang bergerak pada bidang kuliner, khususnya jasa catering yang akan memberikan pelayanan terbaik dengan produk yang berkualitas. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pertimbangan dalam membuat visual logo tersebut, dengan desain gambar panci dan cipratan air yang berkaitan dengan bidang kuliner, juga warna orange yang dominan memberikan kesan semangat, ceria, dan hangat. Sehingga, seiring berjalannya waktu hasilnya dapat mudah dicerna atau dipahami oleh target audience dan makna pesan akan tersampaikan dengan baik.

5.    Persepsi Bersifat Kontekstual

Ini merupakan persepsi yang terakhir, visual logo Pawon Bu Wiwik dibuat agar audience dapat memahami bahwa brand ini memberikan pelayanan terbaik yang modern tetapi tidak menghilangkan arti dari brand itu tersendiri. Walaupun brand ini merupakan jasa catering masakan ala rumahan, tetapi rasanya tidak kalah dengan yang ada di cafe ataupun restoran, cara pemesanannya pun bisa melalui media sosial dan aplikasi, sehingga siapa saja dapat mengakses dengan mudah melalui cara modern yang ada pada zaman sekarang ini. Hal ini memberikan persepsi kepada audience bahwa Pawon Bu Wiwik adalah brand jasa catering yang tetap mengikuti perkembangan zaman.

Jumat, 15 September 2023

Sensasi dan Persepsi pada Bahasa Visual

Analisis Karya Visual 

“Jika Tuhan Murka” Karya Basuki Abdullah 



Lukisan "Jika Tuhan Murka" Karya Basuki Abdullah 
(sumber: tumpi.id)

    Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sebuah karya visual yang merupakan karya dari seorang pelukis asal Indonesia yaitu Basuki Abdullah, lukisannya berjudul “Jika Tuhan Murka”. Lukisan tersebut akan dibahas melalui proses sensasi dan persepsi. 

    Basuki Abdullah lahir di Solo pada tanggal 27 Januari 1915, telah dikenal sebagai pelukis yang memiliki aliran realis dan naturalis. Karya yang dibuat oleh Basuki Abdullah banyak tersimpan di Istana Kepresidenan. Ayahnya adalah pelukis ternama yang bernama Abdullah Suriosubroto, dan ibunya merupakan pembatik kraton. Basuki Abdullah mewarisi kemampuan ayahnya dalam melukis, ia lebih dikenal sebagai pelukis potret.

 

Sensasi:

    Disini saya akan membahas tentang sensasi yang dirasakan saat melihat lebih dalam tentang lukisan "Jika Tuhan Murka" karya Basuki Abdullah tersebut. Sensasi adalah tahap paling awal dalam menerima informasi, sensasi ini dapat dirasakan melalui inderawi setiap manusia. Lukisan tersebut tampak memiliki hawa tegang dan mengerikan jika dilihat dari segi warna dan objeknya. Pencampuran warna seperti hitam, merah, jingga, dan coklat memberikan kesan seperti sebuah amarah yang bergejolak yang seolah menggambarkan kobaran api panas. Sedangkan warna putih dan biru terlihat seperti langit yang memberikan kesan lukisan sedikit berwarna. 

    Adapun gumpalan asap tebal yang seakan-akan tercipta karena panasnya kobaran api itu, asap ini terlihat sebagai pusat atau fokus utama pada lukisan tersebut. Terdapat tebing curam juga bebatuan yang diberi warna gelap dengan pencampuran warna hitam dan coklat. Objek manusia-manusia yang diperlihatkan seperti takut akan sesuatu, dan banyak manusia yang terlihat sangat tidak berdaya. Lukisan karya Basuki Abdullah yang satu ini terlihat tampak begitu nyata.


Persepsi:

    Sensasi yang berlanjut maka akan didefinisikan sebagai persepsi yaitu inti dari komunikasi, apa yang dipikirkan seseorang pada suatu karya visual yang dilihatnya. Persepsi setiap orang pasti berbeda, itu adalah hal yang sangat wajar. Apa yang dipikirkan oleh saya belum tentu sama dengan yang dipikirkan orang lain. Pada lukisan “Jika Tuhan Murka” karya Basuki Abdullah, persepsi yang terlintas di pikiran saya adalah sebuah situasi saat Tuhan sebagai pencipta alam semesta sedang murka atau marah kepada makhluk-Nya terutama manusia yang ada di bumi. Manusia diberikan akal yang sempurna oleh Tuhan, namun terkadang manusia sering melakukan hal yang dilarang oleh Tuhan. Terkadang pun manusia sadar dengan perbuatan buruknya, tetapi tetap melakukannya sehingga bisa menimbulkan kebiasaan buruk pada diri manusia tersebut.  

    Situasi yang tergambar pada lukisan tersebut seperti memperlihatkan keadaan Tuhan ketika tidak bisa menoleransi perbuatan manusia lagi. Dunia yang tampak hancur berantakan dan memperlihatkan manusia yang tidak berdaya, membuat keadaan tampak sangat mengerikan. Disinilah Tuhan sedang menunjukkan kuasa-Nya, yang tidak akan pernah tertandingi oleh siapapun.


Kesimpulan:

    Dapat disimpulkan bahwa lukisan "Jika Tuhan Murka" karya Basuki Abdullah ini sangat sesuai atau cocok dengan judul yang diberikan. Lukisan tersebut mampu menggambarkan keadaan bagaimana jika Tuhan murka kepada makhluk-Nya yang berdosa, apa yang akan terjadi pada makhluk bumi, kehancuran seperti apa yang akan ditunjukkan-Nya. 

    Kita dapat mengambil pesan moral dari apa yang digambarkan pada lukisan tersebut, yaitu janganlah melakukan suatu perbuatan tercela yang akan merugikan diri sendiri juga orang lain, jangan sampai mendatangkan murka Sang Pencipta. Lindungilah alam sekitar, jangan merusaknya,  apalgi terlibat pertikaian antar sesama manusia. Kita bisa berusaha yang terbaik dalam melakukan kebajikan di muka bumi ini, serta taatilah aturan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Jika kita melakukan hal ini dengan baik, maka Tuhan tidak akan marah atau murka. Hidup pun akan terasa nyaman dan damai.